Puncak Si Kunir Dieng

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Barusan kemarin aku naik Gunung Nglangeran, eh diajak juga sama bapakku ke Si Kunir di Dieng. Bukitnya nggak tinggi-tinggi amat, paling sepertiganya Nglangeran. Naiknya hanya membutuhkan waktu setengah jam. Tapi karena kami naik ke Si Kunirnya untuk melihat sunrise, kami naiknya pagi-pagi dan dingin beud. Dingin karena masih pagi dan di Dieng pula. Jalannya sudah enak, sudah ada tangganya walaupun nggak rapi dan nggronjal-nggronjal. Di tengah perjalanan ada kejadian, sandal jepit WEDGES (harus banget pakai capslock) yang dikenakan ibuku putus. Karena tidak ada yang bawa sandal, akhirnya ibuku pakai selop crocsku. Alhasil aku cekeran. Tapi tak lama kemudian bapak datang membawa sandal penyelamat :3 punya mas sepupuku. crocsku kembali deh.

Di puncak terdapat gazebo kecil untuk istirahat. Di atas cukup ramai waktu itu karena memang banyak yang sedang naik. Sunrise-nya lumayan, walaupun sedikit ketutupan awan. Di sana juga ada edelweis. Sebenarnya nyari bunga ini nggak sulit-sulit amat kok. Di Kali Adem aja banyak. Dari atas Si Kunir Dieng terlihat jelas. Di bawah juga terlihat telaga kecebong di samping tempat parkiran Bukit Si Kunir.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Sekitar satu jam diatas akhirnya kami turun. Tentu saja jalan turun lebih cepat daripada naik. Di bawah fasilitasnya sudah lengkap. Ada toilet, warung-warung, dan masjid yang nan jauh di desa. Oh ya, di Dieng tentu saja ada carica. Di lereng bukit Si Kunir banyak pohon carica bertebaran. Buahnya juga banyak, tinggal ambil. Tapi nggak ada yang udah matang. Kalau mau beli ya di desanya. Namun jika ingin yang sudah bentuk sirup carica jadi yang belinya di kota. Kami membeli buah carica aslinya saja, karena kami bisa membuat sirup carica sendiri dan harganya menjadi jauh lebih murah. Tapi,, ngupas carica ituh sesuatuh..

Praps Bersua di Nglangeran :3

Yeeee, karena sekarang sudah selesai uan SMA, aku punya banyak waktu libur. Sayangnya tetep harus belajar karena untuk persiapan SBMPTN. Aku masih masuk sekolah lah, les lah, tapi sekali-kali bolos sih. Seperti kemarin hari senin tanggal 27 April 2014, aku dan teman-teman kelas sebelas pergi ke Gunung Nglangeran di Gunung Kidul. Kami ke sana naik bis wisata kecil, seukuran bis kota gitu.

Perjalanan dari Jogja ke Nglangeran sekitar 1,5 jam, karena nggak macet. Kami kesana pada hari kerja supaya nggak kena macet. Kami berangkat pukul 9.00-an. Sampai sana sekitar pukul setengah sebelas. Kami beruntung karena udara sedang tidak panas, namun langit agak mendung. Kami memutuskan untuk membawa mantel saja, untuk jaga-jaga.

Tiket masuknya 5.000 rupiah. Fasilitas di sekitar area wisata sudah lengkap. Ada kamar mandi, mushola (agak jauh sih), pendopo untuk tempat duduk-duduk dan istirahat, banyak warung-warung juga. Setibanya di Nglangeran dan membayar tiket masuk, kami langsung naik. Jalannya agak terjal, dan melewati banyak batu-batu besar sebesar rumah. Karena semalam hujan, jalannya jadi becek dan licin. Kami harus hati-hati supaya tidak terpeleset. Namun di sepanjang treknya banyak pohon-pohon rindang, sehingga tidak panas.

Jalur pendakian gunung Nglangeran terdapat beberapa pos istirahat. Bentuknya seperti gazebo kecil, lumayan bisa untuk duduk-duduk. Karena kami adalah anak-anak narsis, setiap berhenti pasti lama karena kebanyakan foto-foto. Salah satu yang membuat kami akrab adalah kenarsisan kami. Tiap ada kamera kami pasti bersatu berpose gaya. Karena itu tiap kami pergi siap-siap aja file di laptop bertambah banyak dengan ratusan foto kami.

Lamanya waktu kami istirahat juga dikarenakan ada salah satu dari kami yang tidak kuat naik. Bukan tidak kuat sih, dia hanya kurang enak badan karena ternyata dia belum makan. Dia mual sehingga tidak kuat untuk meneruskan perjalanan. Tapi kami kan nggak mau jika sampai di puncak ada yang kececer di jalan, semua harus sampai puncak. Jadilah kami menunggu dia supaya kuat lagi.  Sekali-kali kami bujuk temanku itu untuk makan. Dan sekali-kali kami men­jepret diri kami sendiri, hehe.

Di perjalanan sempat turun hujan. Kami kelayapan pakai mantel dan payung. Hujan berhenti ketika kami sudah sampai puncak. Yey! Di puncak, terdapat gazebo kecil untuk istirahat. tapi kami sudah membawa tikar, jadi kami gelaran saja di atas. Kami langsung berkubu-kubu untuk foto-foto sendiri. Ada yang di gazebo lah, main di pojok sendiri lah, gelimpangan di tikar lah, pokoknya sendiri-sendiri. Kan nggak kompak. Well, kami masih punya jurus lain untuk bersatu, TIME TO OPEN THE LOGISTIC BAG!

Langsung saja semua merubung. Semua makanan dijadikan satu, dan dibagi-bagi. Yah, karena semua lelah, apa saja dilahap habis. Setelah itu baru foto-foto. Foto sana, foto sini. Semua difoto, nggak ada yang nggak kefoto. Memang sih kami sudah tidak sekelas lagi (kami sekelas ketika kelas sebelas) tapi keakraban kami tidak hilang juga.

Sekitar pukul setengah dua, kami turun. Karena tadi hujan, jalannya menjadi lebih becek dari sebelumnya. Alhasil satu-persatu dari kami berjatuhan. Banyak yang kepleset, ada yang meluncur lagi, hihi. Alhamdulillah aku enggak :3 padahal aku pakai sandal selop crocs warna pink yang sudah melanglang buana kemana-mana (apaan). Kami turun secepatnya supaya bisa mengejar waktu sholat dhuhur.

Sampai di bawah kami langsung leyeh-leyeh di pendopo. Kaki sudah tidak kuat untuk berdiri, untuk sholat saja gemetaran. Kami istirahat cukup lama untuk meneruskan perjalanan pulang. Untung saja kami menyewa bis, kan di jalan tidak capek. Coba kalau kami ke Nglangerannya naik motor, kaki mana bisa kuat untuk pulang.

Sekitar pukul setengah empat sore kami mulai perjalanan pulang. Sempat mampir juga sih di jalan untuk makan bakso. Yah, liburannya memang hanya sehari. Tapi kesannya nggak bisa dilupakan. Sesampainya di Teladan, kami langsung berbenah membawa barang-barang turun. Ketika ada yang bertanya, “ ada yang ketinggalan nggak?” Salah satu dari kami menjawab, “ ada, kenangan.. ” :3

❤ praps